Perdagangan Bilateral Indonesia dan Mongolia Masih Rendah

Indonesia dan Mongolia telah sepakat untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan meningkatkan ekspor dan impor, Duta Besar Indonesia untuk Cina dan Mongolia Djauhari Oratmangun menyatakan. Saat ini, nilai perdagangan kami dengan Mongolia relatif kecil, dan kami perlu meningkatkannya, katanya di forum bisnis yang diadakan di Ulaanbaatar, Mongolia, pada hari Jumat. Perdagangan antara Indonesia dan Mongolia telah menunjukkan tren penurunan dalam empat tahun terakhir, katanya.

Perdagangan Bilateral Indonesia dan Mongolia Masih Rendah. Perdagangan antara kedua negara telah mencapai US $ 20,78 juta pada 2017. Angka tersebut naik menjadi $ 26,01 juta pada tahun berikutnya, tetapi jatuh ke $ 5,93 juta pada tahun 2015. Pada 2016, perdagangan bilateral naik lagi menjadi $ 17,45 juta dan turun sedikit menjadi $ 17,37 juta pada tahun 2017. Perdagangan diproyeksikan turun menjadi $ 9,5 juta tahun ini.

Wakil Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Kerja Sama Ekonomi Kementerian Luar Negeri Mongolia Battsetseg Tuvshintugs mengakui rendahnya nilai perdagangan bilateral. Waktunya telah tiba bagi kita untuk meningkatkan hubungan perdagangan lagi, katanya di forum. Mongolia membutuhkan sejumlah besar obat-obatan dan produk farmasi lainnya dari Indonesia, katanya.

Dalam kesempatan itu, wartawan Antara yang berbasis di Beijing meluangkan waktu untuk memperkenalkan produk-produk kantor berita Indonesia kepada para pejabat Kementerian Luar Negeri Mongolia dan para pengusaha setempat.

Kepala Kamar Dagang dan Industri Mongolia, Lkhagvajav Baatarjav, menyambut hangat kehadiran Antara di Mongolia. Tentu saja, kami senang mendengar bahwa negara kami dikenal oleh orang Indonesia. Mungkin, kami akan meneruskan hasil pertemuan itu kepada pimpinan (kantor berita Mongolia) Montsami, tambahnya.

#####################################################

Menteri Keuangan Sri Mulyani telah melantik mantan direktur eksekutif Bank Dunia Andin Hadiyanto sebagai staf ahli untuk ekonomi makro dan keuangan internasional.

Jabatan staf ahli untuk ekonomi makro dan keuangan internasional bukanlah hal baru bagi Hadiyanto, yang memiliki pengalaman kerja sebagai direktur eksekutif lembaga multilateral, seperti Bank Dunia, kata menteri dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Jumat malam.

Dia mengatakan tantangan ekonomi makro, khususnya di tingkat internasional, tahun ini dan di tahun-tahun mendatang, akan semakin menjadi lebih dinamis.

Mulyani menyatakan harapan bahwa pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh Hadiyanto saat bekerja sebagai direktur eksekutif Bank Dunia dan partisipasinya dalam beberapa pertemuan internasional akan memberinya keahlian yang kuat untuk menduduki jabatan baru.

Dalam menjalankan tugasnya, Hadiyanto tidak hanya akan memahami ekonomi global tetapi juga menghadapi dinamika dan menganalisis bagaimana tantangan akan berdampak pada ekonomi nasional, baik ekonomi makro maupun kebijakan fiskal, jelasnya.

Saya sangat berharap Kementerian Keuangan dapat menjadi agen yang aktif. Saat saya amati, saya yakin bahwa Indonesia memiliki pengalaman, pengetahuan, dan prestasi yang luas yang dapat ditawarkannya kepada dunia sebagai kontribusi kami terhadap penciptaan tatanan kehidupan global atau dunia yang damai berdasarkan perdamaian eksternal dan keadilan sosial, tambah menteri.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong, mengatakan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan seperti sepasang suami istri karena kedekatan dan produktivitas mereka.